The-Max

Mutih Blog's Wetan

Warga Tiga Desa Bersitegang

DEMAK Puluhan tenaga panggul gabah dari tiga desa yakni Desa Bungo, Mutih Wetan, dan Jungpasir, Kecamatan Wedung, bersitegang menyusul perebutan wilayah lahan kerja sebagai tenaga angkut gabah, kemarin, sekitar pukul 17.00.

Ketegangan tersebut mereda setelah aparat Polsek, Koramil, dan Camat Wedung memediatori mereka, dengan mempertemukan tiga kades. Ketiga kades itu adalah Penjabat Kades Mutih Wetan, Jaswan, Penjabat Kades Jungpasir Fahrudin, dan Kades Bungo Khoirul Anam. Tampak di antara mereka Danramil Kapten Inf Rustiyanto.

Peristiwa yang cukup menghangat itu bermula ketika sejumlah tenaga panggul dari Desa Bungo dinilai menyerobot wilayah kerja Desa Jungpasir. Keributan itu terjadi saat mereka berada di wilayah Mutih Wetan, sehingga menyeret warga Mutih Wetan terlibat dalam adu mulut.

Meski jumlah mereka cukup banyak, belum terjadi adu fisik. Aparat Polsek dan Koramil Wedung yang mencium peristiwa itu bertindak cepat dengan mempertemukan ketiga kades untuk sama-sama meredakan warganya. Apalagi, ternyata hal itu hanya salah paham, karena mereka saling salah menilai wilayah kerja. Selama ini tenaga panggul Bungo selalu bekerja di wilayahnya, demikian juga warga Jung Pasir.
Camat Wedung Yasin Supriadi menuturkan, pembagian wilayah kerja memang tidak ada aturan hukumnya. Namun, warga melakukan hal itu agar sama-sama bisa mendapat penghasilan.

Selama ini kuli panggul cukup dibutuhkan untuk mengangkut gabah dari pinggir jalan ke truk sebelum dibawa ke tempat penggilingan padi. Ada sejumlah lahan sawah yang hasilnya hanya bisa diangkut dengan perahu melalui sungai, karena jalan darat hanya setapak. Dengan perahu, gabah dibawa hingga ke tepi jalan. ''Dari situlah kemudian tenaga panggul ini mengangkut ke atas truk,'' katanya.Pada tahun-tahun sebelumnya tidak ada pembedaan wilayah kerja. Kondisi sosial yang mengimpit membuat para kuli panggul memprakarsai kesepakatan pembagian lahan daerah kerja. Yang menarik, mereka membentuk kelompok lengkap dengan kartu tanda anggota. Masing-masing kelompok sejumlah 10 orang.''Kalau kelompok ini mendapat kerja, maka semua anggotanya yang menyelesaikan. Biasanya bayaran dihitungan dari setiap ton gabah yang dapat diangkut ke dalam truk,'' terangnya.

Pada musim panen ini Kecamatan Wedung cukup berlimpah. Apalagi harganya terdongkrak naik menyusul adanya ketetapan harga pembelian pemerintah (HPP). Karena itu, kebutuhan tenaga panggul gabah cukup meningkat.Menurut Penjabat Mutih Wetan, Jasman, sejak Senin (23/4), kuli panggul dari tiga desa tersebut membuat kesepakatan bersama untuk pembagian daerah kerja. Mereka hanya diperbolehkan mengangkut di daerah masing-masing. Kendati demikian, warga Mutih Wetan tidak melarang di sebagian daerahnya dipergunakan untuk kerja panggul warga desa lain. ''Kebetulan di desa kami jumlah kuli panggul sedikit, sehingga tidak mempersoalkan daerah kerja,'' katanya. Dari tiga desa itu, terbanyak adalah Bungo dengan 150 orang, Jung Pasir 40 orang, dan Mutih Wetan 20 orang. (Suara Merdeka)
Selengkapnya...